Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalissekaligus politikus legendaris).
Awal berdirinya PMII di Bojonegoro merupakan sebuah gagasan yang di ajukan oleh H.Irsyadul Ibad pengasuh Pos-Pes Bumi Aswaja (Buas) Desa Wonokerto, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik sekaligus Ketua Umum pertama PC PMII Bojonegoro . Beliau merupakan Aktivis PMII Gresik sebagai promotor gerakan adanya PMII di Bojonegoro. Munculnya berbagai kenyataan mengenai kondisi mahasiswa terutama di zaman orde baru membuat kegelisahan puncak mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan). Seiring dengan pendirian PMII ini, maka sangat mustahil cak Irsyad tidak melakukan sosialisasi ke seluruh kampus di Bojonegoro tak terkecuali dengan Kampus Ahlussunah Wal jama'ah yakni Kampus IAI Sunan Giri Bojonegoro.
Saat itu terdapat tokoh yang sampai hari ini sangat berpengaruh bagi para kader PMII se-Bojonegoro. Beliau adalah Kiai Abdullah Nasih Uddin S.Ag, yang menjadi ketua umum PC PMII bojonegoro setelah cak irsyad sebagai mahasiswa PMII sunan giri. Pada waktu orde baru tersebut, gerakan mahasiswa masih sangat terbatasi, mengingat kekuasan pemerintah yang selalu berbuat represi pada mahasiswa, sehingga menciutkan nalar berfikir kritis serta membuat para pemuda di kampus khawatir dan takut tidak dapat menyelesaikan kuliyah tepat waktu sesuai dengan peraturan. Namun, keadaan demikian tak lantas menyurutkan semangat dan langkah tokoh utama ini. Sebab, tidak butuh waktu lama Ketua umum pertama segera mendirikan PMII di kampus-kampus se-Bojonegoro.
Kelahiran PMII di Bojonegoro yang terbilang masih preamtur ini, menjadikan setiap langkah dan rencana masih sangat sulit dicapai. Namun, garis perjuangan memang baru dimulai. Meski ruang diskusi dan gerakan masih terbatasi. Seluruh mahasiswa se-Bojonegoro berkumpul dalam satu barisan di Basecamp PC PMII Bojonegoro, sehingga hal ini menjadi sebuah kekuatan persaudaraan yg dapat merekatkan hubungan kekeluargaan. Tentunya, ruh dalam berorganisasi akan muncul dan tumbuh seiring dengan nilai kebersamaan.
Hemat Penulis yang pernah mendengarkan sebuah cerita dari bapaak Abdullah Nasihuddin, bahwa keadaan lingkungan mahasiswa pada masa dahulu masih sulit disebabkan oleh berbagai hal, yakni sebagi berikut :
1. Sulitnya mendapatkan referensi buku, yang ahrus didapatkan dari kota besar. Sekaligus maahalnyabahrga buku yang hanya bisa d beli oleh orang-orang tertentu saja.
2. Represi gerakan mahasiswa oleh pemerintah 3. Minimnya keinginan dan pengetahuan untuk berorganisasi
4. Mahasiswa tidak berusia muda lagi
Garis perjuangan Komisariat Sunan Giri Bojonegoro akan menjadi sejarah pada setiap periodenya. Perjalanan tersebut tak berhenti pada hal ini saja. Warna pergerakan mulai terlihat sejak Ahmad Taufik terpilih menjadi ketua Komisariat pertama di IAI Sunan Giri Bojonegoro. Kiprah selama memimpin kehidupan berorganisasi telah menghidupkan Marwah dan jiwa berproses bagi sahabat-sahabat seangkatan, atau bahkan mahasiswa baru kala itu. Ahmad Taufik juga telah menjadi jurnalis di radar Bojonegoro terhitung sejak menjabat hingga hari ini menduduki posisi GM (general Manager) / pemimpin radar Bojonegoro. Sering sekali beliau melontarkan tulisan kritisnya dalam bentuk opini dan ditempelkan di Mading, hingga dijadikan bahan diskusi bagi para mahasiswa, anggota, dan kader serta pengurus PMII sunan giri. Hingga dibuktikan dalam bentuk karya beliau dengan menulis sebuah buku berjudul "Republik Simbol".
Maka hari ini, Tak terasa roda perputaran Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ditataran Komisariat Sunan Giri Bojonegoro telah berumur 17 Tahun.Dari awal Komisariat terbentuk dan berdiri terdapat berbagai hiru` pikuk yang dialami sejak pasang surutnya komisariat hingga mengalami masa keemasan. Berbagai kisah terangkum dalam sebuah tulisan yang diperoleh penulis dari para senior PMII. Meski proses dinamika organisasi telah mengalami berbagai perubahan, namun kualitas dan kuantitas lah yang menjadi perbedaan signifikan antara PMII Sunan Giri yang dahulu hingga hari ini.
Dalam keberadaannya sekaligus perjalanan sejarah PMII Sunan Giri sebagai wahana profesionalitas dan intelektualitas serta kaderisasi mahasiswa telah mengalami 17 periodesasi :
1. Ahmad Taufik(2000-2001)
2. Zaenal Abidin(2001-2002)
3. Ahmad Fatoni(2002-2003)
4. Arif Hidayatullah(2003-2004)
5. Abdul Khamet(2004-2005)
6. Fatkhur Rozi(2005-2006)
7. M.Suyadi(2006-2007)
8. M Su`eb(2007-2008)
9. Fahrudin Aziz(2009-2010)
10. Muhaimin(2010-2011)
11. Ahmad Taufiq(2011-2012)
12. Ahmad Muhajirin(2012-2013)
13. Ahmad Zayyinul Khasan(2013-2014)
14. Eko saputro(2014-2015)
15. Mozan Khoirudin(2015-2016)
16. M nur hayan(2016-2017)
17. Siti Ainur Rodhiyah(2017-2018)
PMII Komisariat Sunan Giri tetap menjadi tolak ukur barometer Pengkaderan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bojonegoro.Hal ini terbukti karena dilihat dari kuantitas dan kualitas Kader dan Anggota yang ada mulai dari tataran rayon hingga komisariat sendiri semuanya bersifat inovatif. Meski seiring perkembangan zaman mahasiswa aktivis mengalami degradasi intelektual sehingga dilematis selalu di alami setiap jenjang kepengurusan dalam kurun waktu tertentu. Hal inilah yang menjadi tantangan sekaligus perlu terciptnya formula baru terkait kaderisasi yang terstruktur, terkonsep, dan terorganisir.
Dilain sisi, Di akui ataupun tidak Komisariat PMII mempunyai dua Rayon yang sangat aktif dan terdengar dihalayak Mahasiswa ditataran Fakultas ya`ni Fakultas Tarbiyah yang diwakili Oleh Rayon Raden Paku, & Fakultas Syari`ah dengan Rayon Syari`ah. Namun, hari ini rayon adab telah hadir menambah warna gerak dan langkah PMII yakni dari kalangan fakultas adab (sastra bahasa Arab). Rayon Raden Paku Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menjalani berbagai Perputaran roda keorganisasian hingga 6 Pergantian Kepemimpinan, yakni sebagai berikut :
1. Fahrudin Aziz(2009-2010)
2. M. Rozikin(2010-2011)
3. Misbahul Munir(2011-2012)
4. M. Munir, Moch Naim(2012-2013)
5. Ahmad Zayyinul Khasan(2013-2014)
6. MZ Choirudin(2014-2015)
7. M.Arif Dwi Setiawan(2015-2016)
8. Andre Purwanto(2016-2017)
9. Rian Adi Kurniawan(2017-2018)
10. M. Andi Saiful Alim(2018-2019)
Sedangkan Re - Organisasi Rayon Syari`ah sudah mencapai 5 pergantian kepemimpinan.
1. Tutik(2009-2010)
2. Mu`malah(2010-2011)
3. Minan Nur Rohman(2011-2012)
4. Reza Fetrian(2012-2013)
5. Muhammad Kamaluddin(2013-2014)
6. M. Afifuddin(2014-2015)
7. Uum Ainun Fatihatin(2015-2016)
8. A. Fikri Jauhari azzain(2016-2017)
9. Tika lu'luatul Makmun(2017-2018)
10. M. Thobroni(2018-2019)
Sedangkan fakultas adab atau rayon adab telah berdiri dan menjalankan roda organisasi pada masa kepemimpinan.
1. Ria Marnita(2016-2018)
2. Fahroni Azis (2018-2019).
Mengutip pernyataan Seorang Penulis yang pernah diasingkan di pulau buru yakni Bung Pramoedya Ananta Toer pada salah satu dari novel 4 tetralogi karyanya Yani "Jejak Langkah" halaman 396, bahwa :
"Bukan golongan kuat saja punya kekuatan, juga golongan lemah, asal berorganisasi. Dan hanya dengan organisasi, golongan lemah bisa menunjukkan kekuatan diri sebenarnya."
Hemat penulis bahwa sungguh kehidupan ini adalah sebuah kesempatan untuk meng-upgrade diri menjadi manusia yang manusia. Setiap manusia memiliki potensi diri berbeda, dan dalam menjalankan kehidupannya akan selalu dinilai oleh setiap individu pada lingkungannya. Tidak semua individu memiliki mindset yang sama dalam mengambil pelajaran dari proses hidupnya. Hal ini berlaku juga untuk seorang kader yang dapat mengambil pelajaran dari proses Kaderisasinya. Tapi, mengambil apa-apa yang dapat diambil, dan menjadikan referensi dalam langkah selanjutnya adalah sebuah hakikat menuju kebijaksanaan.
Salam literasi.
Selamat berproses dan menikmati keberadaan diri kita dalam kehidupan.
Selamat sore.
*Penulis adalah Siti Ainur Rodhiyah. Ketua Komisariat ke-17 PMII Sunan Giri Bojonegoro
Penggali data : M.Andre Purwanto (KETUA 1 PK PMII 2017-2018)






