SEJARAH LOKAL PMII SUNAN GIRI BOJONEGORO

SEJARAH LOKAL PMII SUNAN GIRI BOJONEGORO

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalissekaligus politikus legendaris).
Awal berdirinya PMII di Bojonegoro merupakan sebuah gagasan yang di ajukan oleh H.Irsyadul Ibad pengasuh Pos-Pes Bumi Aswaja (Buas) Desa Wonokerto, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik sekaligus Ketua Umum pertama PC PMII Bojonegoro . Beliau merupakan Aktivis PMII Gresik sebagai promotor gerakan adanya PMII di Bojonegoro. Munculnya berbagai kenyataan mengenai kondisi mahasiswa terutama di zaman orde baru membuat kegelisahan puncak mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan). Seiring dengan pendirian PMII ini, maka sangat mustahil cak Irsyad tidak melakukan sosialisasi ke seluruh kampus di Bojonegoro tak terkecuali dengan Kampus Ahlussunah Wal jama'ah yakni Kampus IAI Sunan Giri Bojonegoro.
Saat itu terdapat tokoh yang sampai hari ini sangat berpengaruh bagi para kader PMII se-Bojonegoro. Beliau adalah Kiai Abdullah Nasih Uddin S.Ag, yang menjadi ketua umum PC PMII bojonegoro setelah cak irsyad sebagai mahasiswa PMII sunan giri. Pada waktu orde baru tersebut, gerakan mahasiswa masih sangat terbatasi, mengingat kekuasan pemerintah yang selalu berbuat represi pada mahasiswa, sehingga menciutkan nalar berfikir kritis serta membuat para pemuda di kampus khawatir dan takut tidak dapat menyelesaikan kuliyah tepat waktu sesuai dengan peraturan. Namun, keadaan demikian tak lantas menyurutkan semangat dan langkah tokoh utama ini. Sebab, tidak butuh waktu lama Ketua umum pertama segera mendirikan PMII di kampus-kampus se-Bojonegoro.
Kelahiran PMII di Bojonegoro yang terbilang masih preamtur ini, menjadikan setiap langkah dan rencana masih sangat sulit dicapai. Namun, garis perjuangan memang baru dimulai. Meski ruang diskusi dan gerakan masih terbatasi. Seluruh mahasiswa se-Bojonegoro berkumpul dalam satu barisan di Basecamp PC PMII Bojonegoro, sehingga hal ini menjadi sebuah kekuatan persaudaraan yg dapat merekatkan hubungan kekeluargaan. Tentunya, ruh dalam berorganisasi akan muncul dan tumbuh seiring dengan nilai kebersamaan.

Hemat Penulis yang pernah mendengarkan sebuah cerita dari bapaak Abdullah Nasihuddin, bahwa keadaan lingkungan mahasiswa pada masa dahulu masih sulit disebabkan oleh berbagai hal, yakni sebagi berikut :
1. Sulitnya mendapatkan referensi buku, yang ahrus didapatkan dari kota besar. Sekaligus maahalnyabahrga buku yang hanya bisa d beli oleh orang-orang tertentu saja.
2. Represi gerakan mahasiswa oleh pemerintah 3. Minimnya keinginan dan pengetahuan untuk berorganisasi
4. Mahasiswa tidak berusia muda lagi
Garis perjuangan Komisariat Sunan Giri Bojonegoro akan menjadi sejarah pada setiap periodenya. Perjalanan tersebut tak berhenti pada hal ini saja. Warna pergerakan mulai terlihat sejak Ahmad Taufik terpilih menjadi ketua Komisariat pertama di IAI Sunan Giri Bojonegoro. Kiprah selama memimpin kehidupan berorganisasi telah menghidupkan Marwah dan jiwa berproses bagi sahabat-sahabat seangkatan, atau bahkan mahasiswa baru kala itu. Ahmad Taufik juga telah menjadi jurnalis di radar Bojonegoro terhitung sejak menjabat hingga hari ini menduduki posisi GM (general Manager) / pemimpin radar Bojonegoro. Sering sekali beliau melontarkan tulisan kritisnya dalam bentuk opini dan ditempelkan di Mading, hingga dijadikan bahan diskusi bagi para mahasiswa, anggota, dan kader serta pengurus PMII sunan giri. Hingga dibuktikan dalam bentuk karya beliau dengan menulis sebuah buku berjudul "Republik Simbol".

Maka hari ini, Tak terasa roda perputaran Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ditataran Komisariat Sunan Giri Bojonegoro telah berumur 17 Tahun.Dari awal Komisariat terbentuk dan berdiri terdapat berbagai hiru` pikuk yang dialami sejak pasang surutnya komisariat hingga mengalami masa keemasan. Berbagai kisah terangkum dalam sebuah tulisan yang diperoleh penulis dari para senior PMII. Meski proses dinamika organisasi telah mengalami berbagai perubahan, namun kualitas dan kuantitas lah yang menjadi perbedaan signifikan antara PMII Sunan Giri yang dahulu hingga hari ini.

Dalam keberadaannya sekaligus perjalanan sejarah PMII Sunan Giri sebagai wahana profesionalitas dan intelektualitas serta kaderisasi mahasiswa telah mengalami 17 periodesasi :
1. Ahmad Taufik(2000-2001)
2. Zaenal Abidin(2001-2002)
3. Ahmad Fatoni(2002-2003)
4. Arif Hidayatullah(2003-2004)
5. Abdul Khamet(2004-2005)
6. Fatkhur Rozi(2005-2006)
7. M.Suyadi(2006-2007)
8. M Su`eb(2007-2008)
9. Fahrudin Aziz(2009-2010)
10. Muhaimin(2010-2011)
11. Ahmad Taufiq(2011-2012)
12. Ahmad Muhajirin(2012-2013)
13. Ahmad Zayyinul Khasan(2013-2014)
14. Eko saputro(2014-2015)
15. Mozan Khoirudin(2015-2016)
16. M nur hayan(2016-2017)
17. Siti Ainur Rodhiyah(2017-2018)

PMII Komisariat Sunan Giri tetap menjadi tolak ukur barometer Pengkaderan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bojonegoro.Hal ini terbukti karena dilihat dari kuantitas dan kualitas Kader dan Anggota yang ada mulai dari tataran rayon hingga komisariat sendiri semuanya bersifat inovatif.  Meski seiring perkembangan zaman mahasiswa aktivis mengalami degradasi intelektual sehingga dilematis selalu di alami setiap jenjang kepengurusan dalam kurun waktu tertentu. Hal inilah yang menjadi tantangan sekaligus perlu terciptnya formula baru terkait kaderisasi yang terstruktur, terkonsep, dan terorganisir.

Dilain sisi, Di akui ataupun tidak Komisariat PMII mempunyai dua Rayon yang sangat aktif dan terdengar dihalayak Mahasiswa ditataran Fakultas ya`ni Fakultas Tarbiyah yang diwakili Oleh Rayon Raden Paku, & Fakultas Syari`ah dengan Rayon Syari`ah. Namun, hari ini rayon adab telah hadir menambah warna gerak dan langkah PMII yakni dari kalangan fakultas adab (sastra bahasa Arab). Rayon Raden Paku Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menjalani berbagai Perputaran roda keorganisasian hingga 6 Pergantian Kepemimpinan, yakni sebagai berikut :
1. Fahrudin Aziz(2009-2010)
2. M. Rozikin(2010-2011)
3. Misbahul Munir(2011-2012)
4. M. Munir, Moch Naim(2012-2013)
5. Ahmad Zayyinul Khasan(2013-2014)
6. MZ Choirudin(2014-2015)
7. M.Arif Dwi Setiawan(2015-2016)
8. Andre Purwanto(2016-2017)
9. Rian Adi Kurniawan(2017-2018)
10. M. Andi Saiful Alim(2018-2019)

Sedangkan Re - Organisasi Rayon Syari`ah sudah mencapai 5 pergantian kepemimpinan.
1. Tutik(2009-2010)
2. Mu`malah(2010-2011)
3. Minan Nur Rohman(2011-2012)
4. Reza Fetrian(2012-2013)
5. Muhammad Kamaluddin(2013-2014)
6. M. Afifuddin(2014-2015)
7. Uum Ainun Fatihatin(2015-2016)
8. A. Fikri Jauhari azzain(2016-2017)
9. Tika lu'luatul Makmun(2017-2018)
10. M. Thobroni(2018-2019)

Sedangkan fakultas adab atau rayon adab telah berdiri dan menjalankan roda organisasi pada masa kepemimpinan.
1. Ria Marnita(2016-2018)
2. Fahroni Azis (2018-2019).

Mengutip pernyataan Seorang Penulis yang pernah diasingkan di pulau buru yakni Bung Pramoedya Ananta Toer pada salah satu dari novel 4 tetralogi karyanya Yani "Jejak Langkah" halaman 396, bahwa :
"Bukan golongan kuat saja punya kekuatan, juga golongan lemah, asal berorganisasi. Dan hanya dengan organisasi, golongan lemah bisa menunjukkan kekuatan diri sebenarnya."

Hemat penulis bahwa sungguh kehidupan ini adalah sebuah kesempatan untuk meng-upgrade diri menjadi manusia yang manusia. Setiap manusia memiliki potensi diri berbeda, dan dalam menjalankan kehidupannya akan selalu dinilai oleh setiap individu pada lingkungannya. Tidak semua individu memiliki mindset yang sama dalam mengambil pelajaran dari proses hidupnya. Hal ini berlaku juga untuk seorang kader yang dapat mengambil pelajaran dari proses Kaderisasinya. Tapi, mengambil apa-apa yang dapat diambil, dan menjadikan referensi dalam langkah selanjutnya adalah sebuah hakikat menuju kebijaksanaan.

Salam literasi.
Selamat berproses dan menikmati keberadaan diri kita dalam kehidupan.
Selamat sore.

*Penulis adalah Siti Ainur Rodhiyah. Ketua Komisariat ke-17 PMII Sunan Giri Bojonegoro

Penggali data : M.Andre Purwanto (KETUA 1 PK PMII 2017-2018)

Keluarga Besar PMII Sunan Giri, Nahdhotun Nisa' sebagai Proses kemerdekaan Kader

9pena-Sekitar 20 Mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan Giri Bojonegoro melaksanakan diskusi dan duduk melingkar di Kantor PC NU Bojonegoro.

Kegiatan ini merupakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) angkatan "Pendekar Pena" Pelatihan Kader Dasar (PKD) 2017-2018.

Diskusi pada Rabo, (11/07/2018) tersebut membahas tentang Nahdhotun Nisa'. Ketua Kopri PC PMII Bojonegoro, Linda Estri sebagai teman berdialektika keluarga besar PMII Sunan Giri.

Linda Estri mengungkapkan bahwa terdapat banyak tokoh perempuan revolusioner yang mempunyai peran strategis bagi kebangkitan perempuan.

"Keumalahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh", ungkapnya.

Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng belanda pada tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis dr Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

"Kemudian dia mendapatkan gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati", Tegasnya.

Para perempuan harus merdeka secara pemikiran dan gerakan. Berbagai gerakan feminisme terdahulu melakukan perlawanan pada ketertindasan sebab wanita tak mempunyai peran di public, maupun suatu negara.

"Hari ini, gagasan-gagasan baru untuk mewujudkan impian perempuan harus di petakan secara jelas dan nyata", Ujarnya.

Perusahaan Terbesar Seorang Laki-laki adalah Perempuan


Berbagai kemajuan pada dunia tidak jauh dari pergerakan bangsanya. Setiap bangsa memiliki karakter berbeda sesuai dengan pengalaman dan pengajaran yang telah didapatkan pada masa waktu tertentu. Selain itu, bangsa merupakan komponen penting untuk menciptakan pembaharuan zaman yang dinamis. Kesamaan hak dan martabat antara laki-laki dan perempuan menjadi tolak ukur sekaligus keberhasilan sebuah negara dikatakan berhasil makmur atau hanya sekedar "Nglindur".

Banyak sekali argumentasi tentang peranan penting seorang perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Kita tarik garis benang merah mulai dari aspek keluarga. Perempuan mempunyai peranan dominan dalam melaksanakan bermacam aktivitas, menyelesaikan segala urusan rumah serta mengelola keuangan. Pekerjaan yang lazim dikerjakan perempuan adalah bentuk ketaatan dan kehormatan kepada kepala keluarga. Namun, peran laki-laki sebagai pencari nafkah senantiasa berlaku guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Demikian halnya, terkadang kita sering melihat seorang lelaki atau bahkan kepala rumah tangga merasa gagal untuk mencukupi fasilitas serta kebutuhan keluarga. Hal ini terjadi sebab meandset laki-laki terkait sifat materialistik merupakan keutamaan kebahagiaan seorang perempuan. Hal tersebut memang betul adanya, tetapi tak sepenuhnya mengandung kebenaran abadi.

Saya pernah mendengar pernyataan dari seorang dosen, ia merupakan salah satu aktivis pergerakan yang aktif dalam kepengurusan cabang PMII Bojonegoro. Saat beliau berdialektika perihal perempuan, dan amansipasi wanita ia mengutip kalimat dari salah satu Tokoh besar pahlawan Indonesia yakni "Pramoedya Ananta Toer" dalam buku Bumi manusia yang berbunyi :"Wanita dengan gemerincing ringgit, kilau harta dan pangkat. Lelaki belakangan ini adalah juga kriminil, sedang perempuan yang tertaklukan hanya pelacur"

Tokoh Pram yang pernah diasingkan dipulau buru ini paham betul dengan keadaan bangsanya. Bahkan dirinya mengungkap realitas kehidupan pada zaman orde lama pada ke empat tetralogi buku yang diselesaikan selama berada di penjara dan pengasingan oleh bangsa penjajah.

Kita perlu mengingat juga terhadap kedzaliman para penjajah yang pernah menjanjikan kepada perempuan-perempuan pribumi untuk diberi pendidikan terjamin. Para perempuan pribumi berangkat dan keluar dari rumah-rumah kecil pedesaan, diangkut dengan kapal laut guna memperoleh jaminan pendidikan. Tetapi, ditengah perjalanan para penjajah asing merampas kehormatan, menggilir satu persatu perempuan lugu yang menyimpan keyakinan kuat menggapai cita-cita dan masa depan.

Bukan hanya wanita Indoneisa yang dijadikan budak seks serdadu Jepang. Diperkirakan, 200.000 perempuan Negara-Negara Asia yang pernah diduduki Jepang, seperti Korea Selatan, Philipina, Indonesia, dan Burma termasuk perempuan Jepang sendiri. Ironisnya hingga kini pemerintah Jepang tetap menolak untuk bertanggung jawab secara hukum. Alasannya para korban ialah jugun ianfu (perempuan penghibur) yang bekerja secara sukarela, bukan sebagai budak seks. Berdasarkn ceria di atas juga telah dibukukan oleh Bung Pram yang berjudul "Perawan remaja dalam cengkraman militer".

Sejarah tersebut perlu kita pelajari melalui buku-buku, sehingga perempuan mempunyai pengetahuan untuk memahami pentingnya sebuah karya, pendidikan, serta berbagai khazanah ilmu guna menghadapi problematik kehidupan.

Masih perihal pernyataan tentang perempuan tersebut, aktivis nyentrik tadi juga mempunyai argumentasi menarik tentang perempuan. Dirinya menilai ketertarikan seorang wanita bukan terletak pada paras, dan spesifikasi cover belaka. Melainkan dari aspek perjuangan, kegigihan, dan jiwa revolusioner pada diri individu. Meskipun demikian, fisik dan kecantikan harus juga diperhatikan bahkan dirawat, sebagai rasa syukur atas  pemberian Tuhan yang Maha Esa. Tetapi, bukan menjadi satu-satunya patokan, keyakinan dalam menjamin kebahagiaan.

Penulis menyakini bahwa pernyataan pak dosen diatas adalah benar adanya. Seorang laki-laki sebetulnya adalah manusia paling kaya. Mereka mempunyai kekayaan besar dalam kehidupan yakni seorang perempuan. Hemat penulis mencoba mengejewantahkan kata-kata dari dosen tersebut, sehingga menyatakan bahwa :"Perusahan terbesar seorang laki-laki adalah perempuan".

Saya berbicara seperti ini bukan hanya karena kebetulan diri saya adalah perempuan. Melainkan, kita dapat mengerjakan tugas sama-sama berdampingan dengan laki-laki dalam menjalankan kehidupan sebagai Hamba dan Khalifah di Bumi.


Hal tersebut senada dengan ungkapan yang pernah Penulis dengar dari masyarakat Desa kelahiran penulis yakni karangdowo dengan kalimat yang tidak begitu intelek, namun mengenai dasar hati para pendengar  seperti ini :"Wong Lanang nak kepengen ndue bojo apik tur pinter lam nurut kui karek milih siji terus di nikah, soale model piye ae wong wadon seng dipilih iso dirubah wong lanang. Kabeh kui karek wong lanang. Nak wedok blarah berarti Lanang e Yo mblarah". Ungkap salah satu sesepuh desa pada saat Cangkruk'an (Berkumpul) bersama para tetangga di depan rumah.

Begitu menarik pandangan hidup para masyarakat ini, meskipun mereka hidup pada zaman dahulu tetapi nilai keyakinan teguh untuk mendidik anak-anak sangat tinggi. Namun bagaimana pemikiran pemuda masa kini tentang hal tersebut? Apakah sudah mengalami kemajuan seiring pendidikan yang didapatkan? Adakah relevansi antara pengalaman, pendidikan dengan realitas pada kehidupan? Wallahu A'lamu Bisshowab...!!

Sekali lagi pernyataan R.A Kartini salah satu wanita revolusioner penggerak wanita Indonesia dengan ungkapan : "Alangkah besar bedanya bagi Masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya".

Penulis hanya mencoba mendeskripsikan berbagai pengertian peran perempuan dari tokoh desa, dan kaum intelektual, serta Tokoh revolusioner para pahlawan negara Kita Indonesia. Meskipun tidak tersebut jelas nama tokoh yang saya maksud. Namun, jika ingin mendiskusikan sedikit atau berbicara ngalir ngidul perihal ini, bahkan bertanya siapa lakon utama pada cerita. Mari kita bertemu, bercerita, serta  saling tukar fikiran dengan berbagai batas kemampuan masing-masing. Apabila masih malu, mari membalas dan bertanya lewat Sosial Media dengan syarat harus lewat Literasi yakni tulisan, dan Menulis dengan cara kalian masing-masing. Namun jangan terjadi kesalahpahaman antara kita.

Pernyataan saya diatas bukan berarti memaksa kalian untuk menulis. Melainkan, mengajak bersama-bersama menghakimi diri sendiri melalui latihan merangkai kata. Karena kata salah satu kader pernah mengungkap ketegasan bahwa : "Berkarya tidak harus dengan menulis".

Sekali lagi..
Saya mencintai kehidupan bersama bendera yang berkibar.
Beserta pergerakan-pegerakan kecil yang dilaksanakan dan bukan hanya digemakan. Melalui ruang-ruang kecil kita yakini bahwa kita mampu menciptakan warna mulai  sebuah titik kecil dirangkai dalam sebuah kertas putih.

Salam pergerakan..
Salam hangat literasi..
Selamat menjalankan Ibadah puasa dan literasi.
Mari ungkap imaginasi, walaupun di sambi sambil Ngopi.
"Mau menilai atau memulai, mau memakan atau menciptakan, mau berbicara atau berkarya".
Semua jawaban dan keputusan terletak pada diri anda.

Penulis adalah "Siti Ainur Rodhiyah"
Ketua Komisariat Perempuan Pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan Giri Bojonegoro.

Dowload Hasil Tes PMB Gelombang Pertama


Beberpa ratus Mahasiswa yang mendaftarkan diri di gelombang pertama di dalam perguuruan tinggi Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro. Telah selesai malaksanakan tes tulisan dan lisan di hari Senin, 21 Mei 2018 kemarin.

Maka dengan Hasil Tes Tersebut di Umumkan pada Hari Selasa, 22 Mei 2018.
Bagi kalian bisa melihat hasil Tes tersebut dan Bisa di dowlad Juga di Web Google Resmi kami.


https://drive.google.com/folderview?id=1t2WjOFmFfby37PwPYWZCLtnJQRqP7WxJ

Diikuti Puluhan Peserta, Diskusi Film Rayon Adab Sukses digelar


Sekitar 40 Peserta yang terdiri dari anggota, kader, pengurus rayon dan komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan giri bojonegoro. Seluruh peserta duduk melingkar guna melaksanakan Diskusi Film Sang Kyai di mushola kampus Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro. Acara ini dimulai pada Senin ( 14/05/2018) pukul 20.00 WIB sampai hari Selasa (15/05/2018) pukul 00.15 WIB.

Diskusi Film ini merupakan Acara rangkaian pelantikan dari Pengurus Rayon Adab Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan Giri Bojonegoro. Acara ini juga di hadiri oleh Kyai Rosyid Atau cak onk panggilan akrabnya , ketua Umum , dan beberapa pengurus cabang PMII Bojonegoro sebagai sahabat Berdialektika para peserta.

Alur diskusi yang menarik menjadikan forum semakin hidup. Antusiasme para mahasiswa juga tergambar jelas dalam balutan suasana riang dan gembira dari seluruh peserta. Semangat serta ghiroh belajar nampak jelas pada setiap kaum pergerakan ini.

Ketua Rayon Adab PMII sunan giri bojonegoro M. Fahroni Azis, mengatakan bahwa diskusi ini merupakan sebuah wujud pemikiran aplikatif guna mengetahui perjuangan dibalik revolusi jihad yang dilakukan oleh para santri pada film sang Kyai. Hal ini juga akan dikorelasikan dengan tema pelantikan dan seminar Aswaja PR PMII Adab yakni " Mengokohkan Aswaja sebagai nafas pergerakan"

"Saya harap kita dapat berdiskusi bersama dalam forum yang Insya Allah bermanfaat  ini". Tegasnya.


Pemateri diskusi Kyai Rosyid (cak onk) menyatakan bahwa film sang kyai merupakan sejarah masa lalu yang baru terungkap pada masa kini. Segala kenangan perjuangan para santri, sikap nasionalisme, serta bentuk perlawanan atas penjajahan tergambar jelas pada film sang kyai.

"Saya sangat senang, para sahabat" PMII Sunan Giri dapat berdiskusi dan mempunyai semangat untuk mengembangkan diri". Pungkasnya.

Diskusi ini merupakan wadah pengembangan keintelektualan bagi para mahasiswa terutama para aktivis seperti PMII. Ketika hiruk pikuk terjadi di berbagai daerah, maka PMII harus melawan permasalah tersebut dengan diskusi, menulis, serta membaca. Seseorang akan mengetahui sejarah apabila berbagai cerita tersurat dan dapat dibaca dalam bentuk tulisan. Maka sudah sepatutnya PMII menyediakan wadah intelektual dalam beberapa macam, salah satunya adalah literasi yakni menulis.

"Dengan menulis sejarah itu akan diketahui oleh banyak orang, jika dengan cerita saja orang lain masih bisa menyangkal" ungkap cak onk.

Ketua 1 bidang kaderisasi, Andre purwanto menyatakan bahwa perjuangan pada masa Kh. Hasyim Asyari merupakan sejarah yang tidak akan terlupakan. Segala bentuk perlawanan dilakukan guna menjaga NKRI untuk mencapai kemerdekaan. Berbeda sekali jika di bandingkan dengan gerakan radikalisme.

"Bentuk perjuangan yang berbeda, hasil dan orientasinya pun akan berbeda". Tegasnya

Sementara itu Ketua Komisariat Sunan Giri Bojonegoro, Siti Ainur Rodhiyah menyatakan bahwa seluruh mahasiswa perlu mengetahui bahwa perjuangan dalam film sang kyai merupakan hakikat rasa nasionalisme dalam bentuk cinta tanah air. Hal ini nampak terlihat pada perlawanan Harun salah satu santri KH Hasyim Asyari yang cenderung melawan penjajah. Sikap perlawanan itu semakin menggebu berdasarkan pengalaman melihat sahabatnya "Hamid" yang merupakan sahabat pondok di Tebu Ireng Jombang di tembak oleh sekutu tentara Jepang tepat dikepalanya.

"Jadi kita perlu mengetahui sikap perlawanan itu ditujukan ke siapa, dan dalam bentuk apa, sebagai pengetahuan kita". Ungkapnya


Lanjut Iin Sapaan akrabnya ia menceritakan bahwa suatu hari Ir. Soekarno pernah menyuruh beberapa orang untuk menemui KH Hasyim Asyari guna menanyakan hukum perjuangan melawan penjajahan. KH.hasyim Asy'ari pun berfatwa bahwa hukum perihal tersebut adalah Fardhu Ain.

"Seketika itulah Ir.soekarno menganjurkan para masyarakat untuk tidak ragu melawan para penjajah", tambahnya.

Disisi lain, Sekretaris Komisariat Rahman Hakim menceritakan asal mula perlawanan masyarakat terhadap sekutu di Surabaya, serta  berbagai sejarah lainnya  d salah satunya  adalah sikap nasionalisme pada abad ke-20. Jika menarik benang merah dari cerita tersebut, maka Hari ini Nasionalisme pada ajaran Aswaja menjadi suatu hal baru yang perlu dipelajari. Sehingga para mahasiswa dapat mengimplementasikan perihal tersebut.

"Jadi kita akan sama-sama tau dan faham tentang sejarah dan dapat melakukan sesuatu". Ucapnya

Acara ini diakhiri dengan makan  dalam satu wadah makanan bersama keluarga besar PMII Sunan Giri bojonegoro di mushola kampus sambil merapatkan duduk.

(Jurnalis SembilanPena)
PK PMII SUNAN GIRI GELAR FOLLOW UP PKD KE DUA

PK PMII SUNAN GIRI GELAR FOLLOW UP PKD KE DUA

PenaPmii = Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Pengurus Komisariat Sunan Giri Bojonegoro Laksanakan Follow Up PKD kedua dengan materi "Aswaja Sebagai Manhaj Al-Fikr dan Al-Harakah. Aula PC NU, Minggu, 13/05/2018.

Follow Up PKD (Pelatihan Kader Dasar) merupakan kaderisasi Non Formal PMII yang dilaksanakan setiap hari minggu untuk meningkatkan pemahaman materi-materi PKD dan pengembangan potensial kader-kader baru.

Follow Up yang diikuti kurang lebih 10 kader, dan menghadirkan Ahmad Yusuf sebagai fasilitator yang didelegasikan dari team kaderisasi Cabang PMII.

Ketua Komisariat, Siti Ainur Rodliyah mengungkapkan Pengurus Rayon hendak lebih memaksimalkan para kader-kadernya untuk bisa mengikuti Follow Up disetiap hari minggu.

Disisi lain, Ketua Satu Kaderisasi Internal Andre Purwanto Mengungkapkan, Tahun 2018 para kader tidak hanya difokuskan dalam memahami materi-materi PKD.

"Kader-kader baru akan diarahkan ke masing-masing study berdasarkan keinginanya, ada study Literasi dan Advokasi yang akan dipenuhi oleh peserta Follow Up PKD". Tambahnya


PMII ADAB AKAN GELAR PELANTIKAN DAN SEMINAR ASWAJA


9pena = Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Pengurus Rayon Adab Sunan Giri akan menggelar Pelantikan yang dirangkai dengan Seminar Aswaja. Aula Rusunawa, Selasa,15/05/2018.

Kegiatan pelantikan dan seminar aswaja merupakan puncak dari beberapa rangkaian yang dibuat oleh panitia, antara lain Khotmil Qur'an, Manaqibul Akbar Syech Abdul Qodir Al-Jailani dan Diskusi Film Sang Kyai akan dilaksankan di Mushola Kampus IAI Sunan Giri. Senin, 14/05/2018.

Ketua Panitia, Khafid Oktavian, Menyatakan rangkaian kegiatan yang kami susun dalam Pelantikan PR PMII ADAB suatu bentuk proses sebagai Pengurus Rayon dan Anggota-anggota PMII yang baru.

Ketua Rayon, Fahrozi Aziz, Mengungkapkan Pelantikan tahun ini membawa tema Mengokohkan Aswaja Sebagai Nafas Pergerakan.

"Kampus IAI Sunan Giri Mahasiswanya mayoritas NU, tetapi masih abu-abu dalam memahami historis Ahlu Sunah Wal-jamaah". Tambahnya

PMII MELAKSANAKAN IBADAH LITERASI

Dok. PKD 2016
Judul : PMII MELAKSANAKAN IBADAH LITERASI

Sebagai seorang theis (bertuhan) maka  memenuhi kewajiban adalah hal penting untuk dilaksanakan. Karena seorang hamba dapat meningkatkan ketakwaan kepada pencipta berdasarkan kedisiplinan pekerjaan spiritual yang di lakukan. Begitu pula dengan kita kaum mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan merupakan salah satu organisasi terbesar dengan awal berdiri sebab hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yg berideologi Ahlussunah Waljama'ah.  
Merujuk pada kata kerja Ibadah dalam tatanan praktis tidak bisa hanya dilakukan dengan sebatas ritual saja, akan tetapi pada sebuah implementasi pada kehidupan nyata , dan sosial. Pernyataan ini mengandung relevansi  terhadap pemikiran Asghar Ali enginer dalam buku berjudul "Agama sebagai teologi pembebasan" serta pada ajaran Agama Islam.

Lebih jauh secara doktriner, menurut Asghar Ali, ajaran tauhid yang disampaikan Nabi tidak hanya mengandung makna teologis tentang konsep monoteisme Tuhan, tetapi juga memuat makna sosiologis sebagai kesatuan sosial. Menilik dari pernyataan panjang tersebut, apabila literasi menjadi sebuah sikap argumentatif hingga menjadi bukti peran penting dalam sosial serta membangun ghiroh perjuangan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai manusia, mahasiswa, dan aktivis. Maka menjadi sebuah ibadah penting sebagai pemenuhan kebutuhan rohani pada jiwa dan spirit kehidupan.

Dijelaskan pengertian literasi dalam KBBI yakni, kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Artinya, pemaknaan literasi bukan hanya sebatas membaca dan keaksaraan (menulis dan merangkai kata), meskipiun memang identik dengan dua hal tersebut. tetapi makna secara luas adalah sebuah pengembangan diri pada segi kreativitas seseorang. Idealnya, perihal tersebut akan tercapai apabila terdapat berbagai wadah berbeda untuk mencetak dan mengembangkan kemampuan seseorang. Seiring perkembangan zaman, literasi selalu singkron dengan setiap keadaan. Karena dengan wacana tentang perubahan zaman dapat di ketahui dari berbagai pengetahuan serta referensi dalam buku tentang sejarah lama.

Berbicara perihal literasi, Ada 3 poin penting yang menjadi pandangan penulis yakni.

Pertama : membaca , aktivitas membaca serta menelaah isi sebuah buku guna menambah wawasan pengetahuan. Disini, pembaca akan mendapatkan pengetahuan dari diksi-diksi baru yang di peroleh. Hal itu kemudian mampu menjadi bahan pembicaraan ketika berdiskusi, Berdialektika dan bertutur lisan dengan orang lain. Hingga mampu membicarakan problematika kehidupan apitalisme, liberalisme, komunisme dan sektarianisme, serta masalah mengenai pembaharuan zaman. Perihal membaca buku bung Hatta juga pernah mengatakan bahwa "Saya rela di penjara asal bersama buku, karena dengan buku aku bebas" Betapa seksinya penilaian bung Hatta terhadap buku, bukan hanya menggugah jiwa pembaca, tetapi kandungan romantic-nya menganggap buku sebagai satu-satunya pencerah yang mampu membebaskan pemikirannya, bahkan apabila ia terpenjara dan menjadi tahanan sekalipun.


Kedua : menulis, yakni suatu pekerjaan yang Kongkrit. Kalau kata bung Pramoedya Ananta Toer : "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". Ya, ungkapan yang digaungkan oleh salah satu sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer yang telah mengilhami banyak orang. Diantaranya adalah penulis sendiri, yang begitu terobesi dengan ungkapan Pram tersebut. Menulis adalah passion. Menulis itu tidak bisa dipaksakan, menulis itu tulus dari hati, menulis itu demi aku, kamu, dia, mereka, dan kita. Menulis memang tidak bisa dipaksakan, tapi menulispun bisa hadir dalam keadaan terdesak. Kita tahu Wiji Thukul, dengan rajinnya ia menulis puisi – puisi perjuangan, menginspirasi kaula muda, mencerdaskan kehidupan bangsa, tatkala ia diburu dan diancam oleh rezim orde baru.


Ketiga, kehidupan nyata atau kehidupan sosial. Meskipun telah banyak diskursus terkait pentingnya literasi, namun masih banyak argumentasi yang berlawanan. Alasannya, kehidupan sosial masyarakat perlu adanya aksi secara nyata , reaksioner, dan penyelesaian secara cepat dan tepat. Jadi, membaca dan menulis menjadi tak relevan dengan keadaan demikian. Bahkan ada pernyataan bahwa "mereka yang mempunyai pengetahuan buku harus pergi ke kenyataan yg hidup, supaya tidak maju dan tidak mati mengeloni buku".

Terkait statement ini, hemat penulis , terdapat argumentasi dari pegiat pustaka Bengawan bojonegoro, yakni Fuad sebagai panggilan akrabnya, ketika Berdialektika dengan penulis, menjelaskan bahwa Memang pada bait terakhir pernyataan diatas, sangat mengkoyak-koyak hati para pecinta buku lantaran kalimat itu menggambarkan seolah-olah pecinta aksara bergerak stagnan. Namun jika ditarik benang merah dari berbagai aspek kehidupan, para pecandu buku tetep punya wawasan lebih luas yang bisa dijadikan dasar ketika mereka menghadapi kenyataan hidup hingga mencapai klimaks sebenarnya.Dan segala yang ada dalam buku pasti dapat diterapkan dalam hidup, entah itu besar atau kecil.

Dilanjutkan dengan pernyataan dari penulis dengan tawa renyah, begitulah keindahan bercumbu dengan buku.  Ibarat kekasih. Ia membebaskan kekasihnya untuk terbang tinggi. Tak mengungkung ataupun membuat resah bagi pecintanya. Kalau toh terkungkung, buku punya cara lain untuk membuat kekasihnya nyaman. Yakni : mengajak kekasihnya bergerak dalam melaksanakan ibadah literasi menulis dan ibadah puisi serta sajaknya.

Walaupun relasi literasi dengan kemajuan peradaban cukup beragam. Tetapi, literasi memberikan kontribusi besar dalam perubahan tatanan sosial. Seperti yang di kutip Yudi Latief dari Francis Bacon, ada tiga hal yang mengubah seluruh wajah dunia dan keadaan sesuatu di muka bumi yaitu percetakan, mesin dan magnet. Sementara, Lucian Febre dan Henri Jean-Martin mengutarakan penanda penting dalam gerak maju peradaban barat di era pencerahan adalah perpustakaan. Menurut JJ. Risal relasi perpustakaan dan peradaban barat terletak pada revolusi mental tentara dari kalangan kurang membaca menjadi mau membeli buku, sampai akhirnya mendirikan perpustakaan publik dan perpustakaan sendiri (Gatra, 19-25/06/14).

Hal tersebut yang mendasari kata literasi dijadikan sebuah ibadah. Karena merupakan suatu budaya baik. Seperti konsep Aswaja sebagai paham keagamaan yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), yang setidaknya harus memandang, dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai kreasi manusia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin. Budaya memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun sosial. Dalam hal ini aswaja dalam NU lebih condong bersifat substansial dari pada teknis.

Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhâfazhah alâ al qadîm al shalîh wal al akhzu bil jadidî al ashlâh", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik.  Dengan menggunakan kaidah ini, pengikut Aswaja memiliki pegangan dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan hukum. Tepat seperti catatan kaderisasi yang ditulis dan disusun oleh Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A. Sekaligus Alumnus S1 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta dan Alumnus S2 Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta , aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Hemat panulis, maka mengajak para setiap orang, mahasiswa, serta aktivis untuk menggemakan literasi dalam kehidupan, yang mempunyai tugas sama sebagai hamba dan  Kholifah di bumi. Semoga hal tersebut dapat menumbuhkan kekutan perjuangan untuk regenerasi intelektual dan literasi , senada dengan arah sistem kaderisasi berbasis literasi PMII Sunan Giri Bojonegoro selama 1 tahun, serta merujuk pada tema PKD pada tanggal 4-7 Mei 2017 yang menarik tema " The Power Of Struggle Regeneration Intellectual & Literacy.



Penulis : Sahabati Siti Ainur Rodliyah Ketua Komisariat periode 2017-2018

KEBIJAKAN UNIK PEMERINTAH BERAZIL



Kehidupan adalah sejarah bagi seorang jurnalis, karena kehidupannya setiap hari bagian dari waktu yang tidak bisa terulang kembali, maka perlu adanya sebuah catatan yang dapat mengabadikan semasa hidupnya, dengan berbagai pola kehidupannya tidak lepas dengan sekertas putih dan pena yang dibawanya, dalam setiap tempat dan keadaan memberi sebuah inspirasi baru untuk ditulisnya.
Menulis bukan hal yang tersulit dialami oleh para jurnalis, makanan setiap harinya tidak lain hanyalah buku dan pena sebagai perhiasan terindah olehnya, kesulitan apapun yang dilakukan serasa ringan walaupun beban yang dideritanya begitu berat untuk dilakukan, dengan buku dan pena menjadi motivator terhebat dalam hidupnya.

Membaca suatu bagian yang amat penting dalam mencari dan menambah modal kosa kata untuk membuat sebuah tulisan-tulisan tertentu, atau wacana-wacana yang lebih luas, membaca sangat mudah bila hanya dibayangkan, tetapi sangat sulit untuk di implementasikan, maka perlu adanya sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dengan membaca beberapa buku, agar aktivitas-aktivitas tersebut terasa ringan dan menjadikan kebiasaan yang lebih luar biasa, dalam hidup hanyalah sebuah penderitaan yang sangat menyakitkan bila otak atau pikiran manusia tidak difungsikan dengan baik, salah satu bagian yang sangat berharga dalam diri manusia ialah otak manusia.

Pada tanggal 27/6/2012 ada sebuah kebijakan Unik yang diberlakukan oleh Pemerintah Berhasil dalam pembinaan para tahanan, untuk memperoleh pemotongan masa tahanan, para terpidanan itu diwajibkan membaca buku sekurang-kurangnya 14 buku. Buku yang dibaca tersebut bisa berupa novel atau tilsafat. Setelah membaca buku mereka terpidanan diminta untuk menulis esai tentang buku yang telah dibacanya dengan tata bahasa yang baik dan benar. Dari hasil tulisan tersebut kemudian diajukan kepada panel, maka panel akan menentukan apakah tulisan para tahanan itu layak mendapatkan remisi atau tidak. Jika layak, maka para terpidana akan mendapatkan pemotongan empat hari.

Menurut pengumuman pemerintah, kebijakan itu diterapkan dalam rangka pembinaan mental para terpidanan. mereka diharapkan memiliki pengetahuan yang luas. Kususnya buku sastra sebagai sesarana memiliki maksud agar mereka mendapatkan pelajaran yang bernilai tentang kehidupan sehingga bermanfaat dalam praktik hidup sehari-hari.

Begitulah suatu pentingnya Ilmu sastra bila dikaitkan atau dijadikan sebuah landasan dasar hukum pemerintah brazil untuk membina dari beberapa para terpidanan. karena sangat perlunya suatu keabadian untuk melukis sejarah yang telah ditelan oleh waktu.

Dari tulisan-tulisan tersebut semoga kita dapat mengambil hikmahnya, sehingga ada perubahan dalam diri kita, dan menjunjung tinggi aktifitas-aktifitas yang lebih membangkitkan semangat baru dan manfaat baru bagi keluarga serta lingkungan kita.Tentu dari setiap pemerintah terdapat sebuah dinamika-dinamika tersendiri yang berdasarkan suatu perkembangan dan perubahan lokalnya. Alangkah baiknya jika dalam sebuah pertahanan para terpidana di Indonesia diperlakukan atau diberi sebuah pekerjaan yang dapat membangun karakternya sendiri, sehingga dapat terbentuk dengan selayaknya mereka hidup dalam penjara yang dilakukan dengan lebih baik dari kemanmfaatan dari pada diluar pertahanan.



(Teori dan Pengajaran Sastra)
Penulis : Ahmad Andrey


Kategori

Kategori